seorang gadis kecil, bermata indah tertundukmu malu melihatmu
kuhampiri dia, sedetik kemudian dia tersenyum kepadaku
pipinya kemerahan, alisnya bagai semut hitam berbaris
dua titik atas dagunya menarik garis senyum kecil pada bibir tipisnya
dia jatuh cinta padamu
dia banyak cerita kepadaku, dia melihatmu, kemudian dia jatuh cinta
rasa itu mengalir disetiap syaraf dalam otaknya
mengendalikan hati dan pikirannya
mengikis ego dan kemarahannya
iya, semudah itu
aku kemudian tergelak kecil
bagaimana mungkin laki-laki sepertimu membuat dia jatuh cinta terlalu dalam?
katanya kamu begitu menawan
tidak percaya?
cobalah berlari ke pinggir sungai yang beriak itu kemudian bercerminlah diatasnya
kau memang begitu mempesona
dia datang jauh-jauh kesini karena dia punya luka hati
dia pernah menangis lebih dari sedu
dia pernah sedih lebih dari pilu
aku tau airmatanya tertahan
aku tau dinding hatinya meluruh
aku tau buncahan didadanya menyesak ingin berteriak
aku memeluknya tapi badannya kaku
aku genggam jemarinya tapi dia malah mencengkram
aku bicara padanya tapi jawabannya malah suara gigi yang gemeretakkan
aku tau mengapa dia begitu
dia seperti tidak punya aksara lagi untuk bercerita
sedangkan kau tidak akan mengerti jika tidak ada kata-kata
aku yang terhimpit ditengah harus menjadi penterjemah
aku peluk dia sekali lagi
kulit kita bergesekan
dan aku seperti langsung bisa merekam isi hatinya
dan sebenarnya dia cuma ingin satu
dia cuma sedang butuh ditatap kamu
dan disaat itu juga aku seperti dibangunkan dari hibernasi panjang
diam-diam aku lebih mencinta dibanding gadis kecil berpipi kemerahan itu
maka dari itu, lebih dari dia
boleh aku bilang kalau aku selalu butuh ditatap kamu?
Novia Restu Purnama
It Will Wasting Your Time
stories about pain, anger, sadness, tiredness, happiness, and you.
23 April, 2013
Dua lingkaran indah berpupil
Disaat kamu datang menghadap matahari
Ada sepasang mata lelah yang menjagamu dari jilatan lidah matahari itu
Dengan sayang, dia memberimu mantel penyelamat
Disaat kamu bermain di taman itu
Ada sepasang mata lelah yang mengawasimu
Kalau saja kamu terjatuh, kamu terluka
Dengan sayang, dia akan memberimu obat merah bermerk kasih
Disaat kamu menangis sesegukan
Ada sepasang mata lelah yang ikut mengeluarkan airmata karena melihatmu menangis
Dengan sayang, dia memberikan saputangan lusuh bergambar awan untukmu
Walaupun kamu tidak butuh
Disaat kamu tertawa bahagia karena hati lain di jalan setapak itu
Sepasang mata lelah itu masih saja menatapmu
Dengan sabar, dengan airmata yang membasahinya, dengan hati sangat terluka, tetapi masih saja... dengan sayang
Dan dia memberimu doa, semoga kamu bahagia dengan hati lain itu
Sepasang mata itu adalah sepasang mata yang sangat menyayangimu
Yang menjaminkanmu hati berlimpah cinta yang tak pernah kau tengok sedikitpun kedalamnya
Sepasang mata itu adalah, mataku
Novia Restu Purnama
Thursday, December 10, 2009 at 8:11pm
http://www.facebook.com/notes/novia-restu-purnama/dua-lingkaran-indah-berpupil/200037440749
Ada sepasang mata lelah yang menjagamu dari jilatan lidah matahari itu
Dengan sayang, dia memberimu mantel penyelamat
Disaat kamu bermain di taman itu
Ada sepasang mata lelah yang mengawasimu
Kalau saja kamu terjatuh, kamu terluka
Dengan sayang, dia akan memberimu obat merah bermerk kasih
Disaat kamu menangis sesegukan
Ada sepasang mata lelah yang ikut mengeluarkan airmata karena melihatmu menangis
Dengan sayang, dia memberikan saputangan lusuh bergambar awan untukmu
Walaupun kamu tidak butuh
Disaat kamu tertawa bahagia karena hati lain di jalan setapak itu
Sepasang mata lelah itu masih saja menatapmu
Dengan sabar, dengan airmata yang membasahinya, dengan hati sangat terluka, tetapi masih saja... dengan sayang
Dan dia memberimu doa, semoga kamu bahagia dengan hati lain itu
Sepasang mata itu adalah sepasang mata yang sangat menyayangimu
Yang menjaminkanmu hati berlimpah cinta yang tak pernah kau tengok sedikitpun kedalamnya
Sepasang mata itu adalah, mataku
Novia Restu Purnama
Thursday, December 10, 2009 at 8:11pm
http://www.facebook.com/notes/novia-restu-purnama/dua-lingkaran-indah-berpupil/200037440749
18 April, 2013
Yang kamu paham?
yang aku paham bukan cara bercerita kepada hujan
yang aku paham bagaimana berteduh di sela-selanya
yang aku paham bukan cara menyulut api
yang aku paham bagaimana pelan-pelan aku memercik air padanya
yang aku paham bukan cara mengipas angin
yang aku paham bagaimana cara menjelmanya supaya bisa melayang searah disampingmu
aku seperti diterbangkan angan-angan semenjak mengenalmu
seperti intan yang baru terlihat kilaunya setelah ditempa bermasa-masa
bukan olehmu, tapi karena aku
bukan olehmu, tapi karena kamu tau inginku
yang terdefinisikan rancu adalah saat kamu memelukku padahal menatap matamu saja aku tak punya kuasa
yang terdefinisikan rancu adalah saat kamu memelukku sampai aku tau langit menjingga tua padahal aku buta warna
saat hujan merembes masuk ke dinding hatimu, ingin aku ikut
aku tidak pernah menyalahkanmu
yang salah memang jemari ini yang seakan sulit menggenggam
yang salah memang wajah ini yang tak pernah berhenti menengok kebelakang
yang salah memang lengan ini yang seakan menjadi beku saat harus merengkuh
lalu kenapa tak kau coba lemaskan?
lalu kenapa tak kau coba palingkan?
lalu kenapa tak kau coba hangatkan?
Novia Restu Purnama
yang aku paham bagaimana berteduh di sela-selanya
yang aku paham bukan cara menyulut api
yang aku paham bagaimana pelan-pelan aku memercik air padanya
yang aku paham bukan cara mengipas angin
yang aku paham bagaimana cara menjelmanya supaya bisa melayang searah disampingmu
aku seperti diterbangkan angan-angan semenjak mengenalmu
seperti intan yang baru terlihat kilaunya setelah ditempa bermasa-masa
bukan olehmu, tapi karena aku
bukan olehmu, tapi karena kamu tau inginku
yang terdefinisikan rancu adalah saat kamu memelukku padahal menatap matamu saja aku tak punya kuasa
yang terdefinisikan rancu adalah saat kamu memelukku sampai aku tau langit menjingga tua padahal aku buta warna
saat hujan merembes masuk ke dinding hatimu, ingin aku ikut
aku tidak pernah menyalahkanmu
yang salah memang jemari ini yang seakan sulit menggenggam
yang salah memang wajah ini yang tak pernah berhenti menengok kebelakang
yang salah memang lengan ini yang seakan menjadi beku saat harus merengkuh
lalu kenapa tak kau coba lemaskan?
lalu kenapa tak kau coba palingkan?
lalu kenapa tak kau coba hangatkan?
Novia Restu Purnama
Subscribe to:
Posts (Atom)